INDONESIAKITA.ID, Jakarta – Banyak rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang baru dibangun di seluruh dunia tidak hanya merawat pasiennya, namun juga memperhatikan lingkungan. Fasilitas modern dan canggih ini menampilkan serangkaian inisiatif ramah lingkungan, mulai dari pencatatan tanpa kertas hingga boiler yang menghemat energi, atap hijau, dan pembangkit listrik di lokasi.
Lantas, bagaimana dapat meningkatkan rumah sakit melalui bangunan atau infrastruktur yang sehat. Presiden Direktur Nias International Hospital – FRANK PDKS International Prof. Dr. Fransiskus Faozisokhi Laia, Ph.D berbicara tentang perlunya menjadikan rumah sakit lebih sehat untuk meningkatkan pengalaman pasien dan kualitas hidup tenaga kerja.
Menurutnya, banyak rumah sakit yang mengerahkan upaya dan sumber daya yang besar untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, bersih, dan nyaman. Namun, pertimbangan ini bukan prioritas bagi rumah sakit yang baru dibangun. Dengan fokus pengembangan rumah sakit baru yang berpusat pada efisiensi dan pelayanan, mudah untuk melupakan bahwa tujuan utama rumah sakit adalah untuk membuat masyarakat menjadi lebih sehat. Jadi bagaimana rumah sakit di masa depan bisa menjadi lebih sehat demi kepentingan pekerja dan pasien?
“Indonesia menghadapi pasca pandemi. Permasalahan resesi ekonomi, dunia usaha yang mengalami kemerosotan, permasalahan kesehatan berbagai masalah, pengangguran, serta permasalahan yang sebelumnya ada yaitu pemanasan global dan menipisnya bahan bakar cadangan energi dari fosil. Solusi komprehensif dan sinergis perlu segera diterapkan untuk menghadapi Toward Indonesia New Normal dan solusi terintegrasi,” ujarnya (4/11).
Pria yang akrab disapa Frank itu mengatakan, salah satu yang paling relevan dengan kondisi tersebut adalah solusi net zero bangunan sehat. Bangunan net zero energy adalah bangunan yang sama atau lebih besar mengonsumsi energi yang sangat rendah dan menghasilkan energi terbarukan yang setidaknya setara dari konsumsi energi yang digunakan dalam bangunan dan bangunan tersebut sehat dan nyaman bagi penghuninya.
“Solusi bangunan bersih yang sehat untuk menanggulangi permasalahan lingkungan, energi, dan kesehatan. Karena pembangunan net zero energy menggunakan energi, itu juga akan mengaktifkan bisnis energi terbarukan, seperti penyediaan energi terbarukan misalnya panel surya, pembangkit listrik mini hidro, angin, biomassa, dan lain-lain,” ucapnya.
Pada masa pandemi Covid-19, lanjut Frank, semakin meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan pada ruangan sebuah gedung dan juga didasari oleh kenyataan bahwa secara umum masyarakat menghabiskan 90 persen waktunya berada di dalam gedung atau ruangan baik di rumah maupun di tempat kerja termasuk fasilitas kesehatan. Perubahan pola hidup seperti selalu mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, memakai masker, menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh perlu dilakukan sesuai rekomendasi protokol kesehatan baik dari pemerintah maupun WHO.
“Namun tetap ada yang perlu diperhatikan, yang jarang dianggap yaitu mengenai kesehatan dalam ruangan, karena menurut laporan WHO, Covid-19 tidak hanya menular melalui partikel besar seperti droplet (5-10 mikron) tetapi juga melalui partikel halus melalui udara (kurang dari 5 mikron dalam bentuk aerosol) yang dapat bertahan di udara hingga 3 jam (penularan melalui udara).
Kesehatan dalam ruangan sangatlah penting, karena pada ruangan tertutup yang tidak terdapat ventilasi alami menyebabkan jenuhnya kandungan udara berupa partikel-partikel kecil termasuk virus dan memudahkan manusia tertular penyakit melalui virus yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan,” ungkapnya.
Lepas dari resesi ekonomi pasca pandemi Covid-19, dunia usaha banyak melakukan pengetatan, baik dari segi tenaga kerja, biaya operasional dan lain-lain dengan tujuan untuk dapat pulih dari kondisi kesulitan perekonomian. Salah satu solusi yang diusulkan adalah membuat gedung menjadi sangat hemat energi dan efisien sehingga dapat menekan biaya operasional gedung setiap bulannya.
“Salah satu permasalahan lingkungan terbesar abad ini adalah pemanasan global yang semakin parah dalam beberapa tahun terakhir. Pemanasan global ini menyebabkan kerusakan lingkungan dan bencana alam yang membahayakan kehidupan di bumi. Salah satu solusi untuk mencegah semakin buruknya dampak pemanasan global adalah dengan menggunakan energi terbarukan yang juga telah menjadi resolusi PBB,” tuturnya.
Indonesia juga mempunyai target penggunaan energi terbarukan pada 2025.
Padahal, Indonesia mempunyai energi terbarukan yang melimpah yaitu sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun.
“Energi terbarukan yang sesuai dengan iklim Indonesia adalah panel surya. Dengan menggunakan panel surya, selain mengurangi dampak pemanasan global, kita juga dapat mengurangi biaya penggunaan energi vektrikal secara signifikan sehingga mengurangi biaya operasional. Untuk rumah tinggal dapat menghemat 20-60 persen dan untuk bangunan industri hingga 20-40 persen. Ini merupakan bagian daripada pemulihan ekonomi pasca pandemi yang kita lakukan ini momentumnya tepat di bidang kesehatan, sosial budaya, tradisi, ekonomi, dan lingkungan,” tutupnya.